TRAGEDI BANTARA
TRAGEDI BANTARA
Perjalanan
manusia yang satu dan lainnya sangat berbeda, kecintaannya pada suatu organisasi
ekstrakulikuler di sekolah menyebabkan
kenangan pilu yang sangat mendalam yang tidak mudah dilupakan begitu
saja, inilah kisahku ....
Tepat pukul
13.00 kakak senior kami sudah sibuk
dengan pluit nya ,priiiit....priiiit....priiit ..... tanda waktu latihan
segera di mulai. Panggilan pluit itu pun semakin keras, sambil berteriak kakak
yang lain menghitung “1,2,3,... saya hitung sampai 10 ya...kalau telat nanti
saya hukum”, katanya. Kami yang masih sibuk dengan kegiatannya masing masing, ada
yang masih makan siang, ibadah atau sekedar ngobrol sama teman temannya harus
bergegas lari ke arah suara itu.
Aku yang
masih makan siang pun terburu buru
membereskan makananku ,lari menuju ke lapangan, “Ayok cepat Tini !”... jangan
lama lama nanti kita dihukum kalau datang nya terlambat. Sambil terengah engah
aku lari berdua Tini menuju lapangan. Alhamdulillah kita tidak terlambat sampai
di lapangan.
Setelah
kami siap di lapangan kakak seniorku memberitahukan bahwa hari Sabtu ini akan ada
kegiatan di luar sekolah yaitu ke daerah
Cileungsi , dan pesertanya adalah anggota
pramuka yang sudah menyelesaikan SKU (Syarat Kecakapan Umum). Alhamdulillah namaku
ada sebagai peserta yang akan ikut dalam kegiatan tersebut.
Akhirnya
aku masuk dalam kelompoknya Wowo jumlah pesertanya 10 orang, Wowo menjadi
ketuanya sedangkan aku menjadi wakilnya, karena perjalanan jauh maka kami harus
digabung pesertanya laki laki dan perempuan agar acara dapat terlaksana dan
yang perempuan ada yang melindungi. Padahal biasanya setiap latihan rutin kita
menerapkan satuan terpisah, tapi tidak
untuk kegiatan ini.
“Empat
regu peserta pun sudah siap untuk berangkat, ditambah kakak senior yang nanti
akan mendampingi peserta dalam kegiatan tersebut”, kata Kak Yoyo.
Malam
sebelum keberangkatanpun ,aku bersiap siap mempersiapkan seluruh perlengkapan
yang harus di bawa, Karena yang di butuhkan tidak ada semua di rumahku, makanya
ku pinjam kepada teman SMP ku yang baik
hati yang selalu menolong dan membantuku jika aku membutuhkan bantuan, Suhanah namanya,
yang tinggalnya tidak begitu jauh dari rumahku.
Pagi
harinya sebelum berangkat ke sekolah , tiba tiba aku di larang berangkat sama
ibuku. Ibu yang sehari hari ku panggil Emak berkata “Pat , sebaiknya kamu tidak
pergi ke Cileungsi ya”,karena sekarang musim hujan, udaranya di sana pasti
dingin , kamu bisa masuk angin dan sakit.” Emak juga berkata ,” Mak tidak ada
uang yang lebih buat kamu,hanya ada ongkos
seperti biasa saja”. Selembar uang ribuan
Emak berikan kepadaku yang menjadi uang jajanku setiap hari ke sekolah . “Tidak
apa apa , aku tidak enak mak, kalau tidak ikut, aku kan wakil ketua regu, dan
ini kesempatan aku bisa naik tingkat mak”,kataku menjelaskan. Setelah itu ku cium
tangan emakku untuk berangkat. “Assalamualaikum”,aku pun pamit untuk berangkat
ke sekolah dengan bekal seadanya. “Hati hati di jalan ya nak”,kata Emakku.
Setelah
menyelesaikan pelajaran hari itu, kami beristirahat untuk makan dan persiapan sholat Zuhur,
karena tidak membawa bekal makan siang, aku pergi ke kantin untuk membeli
makanan, ternyata makanan di sanapun sudah banyak yang habis terjual, ku
berjalan lagi mencari tempat membeli makanan yang lainnya, yaitu ke luar
sekolah. Di perjalanan aku bertemu kakak kelasku yang bernama Kak Dida yang
sedang asyik berbicara dengan temannya.Teman kak Dida berkata,”Hai ... Dida
sepatu kamu baru ya....?”,“Bagus sekali”,katanya. Akupun akhirnya berhenti
sesaat memandang ke arah kaki kak Dida sambil melihat sepatu ketsnya yang
berwarna putih dengan merek Nike, “Iya keren”, kataku kepada kak Dida, Kak Dida
hanya tersenyum memandangku dan tidak berkata apa apa. Dan akhirnya aku
berjalan kembali mencari warung yang ada di luar sekolah yaitu warung Mpok
sasaranku yang jual nasi uduk dan gorengan.
Diperjalanan
akupun kembali bertemu teman temanku yang sudah menikmati makan siangnya. Rika
dan Santi berjalan berdua untuk kembali ke kelas dan menyapaku, “Pet, mau ke
mana kamu”,katanya. Akupun langsung menjawab, “mau cari makanan nih”.
Pandanganku pun tertuju pada Rika yang saat itu terlihat beda sekali karena
mengenakan baju Pramuka yang tidak seperti biasanya. Ragu ragu aku pun
bertanya, “Bajunya bagus ,tidak seperti biasanya”,kataku. Diapun menjawab
perlahan , “Iya boleh pinjam” ,katanya sambil tersenyum. Kembali lagi ku
berkata dalam hati, “cantik sekali Rika”, saat itu aku kagum dengan Rika yang
terlihat bersih dan cantik sekali raut wajahnya.
Sampai
di warung Mpok ,rupanya si Agus sedang duduk di pojok bangku dan langsung
bernyanyi menyambut kedatanganku.“Fatime jande mude..., Fatime Jande Gue....”
.Aku yang dengar lagu Si Agus langsung saja aku berkomentar, “Kapan aku nikah
sama kamu ,kok kamu nyanyi aku jande kamu, Gus?” Diapun tersenyum ....sambil
berkata”. Memang kamu tidak mau jadi janda aku ya..,...ha... ha... ha....”. Ku
bilang saja, kamu jangan ngaco ya Gus ....” Akhirnya Aguspun meninggalkan aku
di warung . Akupun makan sesuai pesananku, sambil tersenyum kecil mengingat
lagu si Agus tadi.
Waktupun
terus berjalan ....kini tibalah
saat yang sudah di tentukan kami
berkumpul lagi di lapangan untuk persiapan pemberangkatan. Kami berbaris sesuai
regunya masing masing , dan mendengarkan arahan terlebih dahulu dari para senior dan pembina kami saat itu.
Setelah siap kami diberangkatkan dengan berdoa terlebih dahulu, dan ternyata
uang saku kami yang kami bawa diambil oleh kakak seniorku dan disisakan hanya
beberapa rupiah saja untuk ongkos sekedarnya dan dia berkata,”Dengan uang yang
ada di setiap regu itu, kalian semua harus kompak dan selalu bersama dalam satu
regu dan sampai di tujuan yang di tentukan dengan selamat”,itu pesan seniorku.
Kamipun hanya menundukkan kepala tanpa bisa protes apa apa ,dengan perlakuan
seniorku itu.
Bersamaan
dengan itu pandangan matakupun tertuju kepada gadis berkaca mata yang memiliki
rambut yang ikal ,berhidung mancung dan berkulit kuning langsat, menghampiri
regu kami yang siap berangkat, dia adalah kakak kelas ku yang benama Fadiah
seorang Pradana Putri yang bertugas mendampingi Kak Yoyo yang juga menjadi
Pradana Putra di sekolahku. Setelah di lepas kami pun berangkat bersama regunya
masing masing.
Dengan
uang yang terbatas kami menumpang di
truk barang yang kosong ,yang lewat di depan kami, tanpa malu malu lagi Wowo
yang menjadi ketua regu atau ditingkatan Pramuka Penegak yang disebut ketua
Sangga itu memberanikan diri untuk menumpang. Setelah di setujui dan
diperbolehkan supir truk kami pun naik truk tersebut dengan hati yang suka cita.
Ketika truk akan berbelok ke arah yang lain ,kami pun meminta berhenti dan berganti
kendaraan lainnya dengan membayar ongkos sekedarnya.
Dan
akhirnya sampailah di tempat yang ditentukan yaitu di daerah Kelapa Nunggal,
Gunung Putri, Cileungsi sekitar ba’da
Magrib. Di sana kami sudah disambut oleh seniorku yang sudah terlebih dahulu
tiba. Sebelum melanjutkan perjalanan kami di persilahkan untuk sholat Magrib
terlebih dahulu di mushola yang ada di sana.
Ketika
mau Sholat , ada yang mengganjal di hatiku, karena aroma harum bunga yang luar
biasa menyengat penciumanku. Sempat merinding bulu kuduk ini, rasa takutpun menyelimutiku.
Ku lihat sekelilingku sambil mencari asal harum bunga itu, hanya gelap dan sepi
yang ku dapat saat itu, dan dedaunan yang tertiup angin sepoi sepoi.
Perasaan
ku semakin tidak menentu ,atau sempat terlintas di kepalaku, apa mungkin ada
makhluk halus atau ghaib yang ada di sekitar ini, dan merasa terganggu dengan kehadiran kami. Tanpa buang waktu aku pun langsung
sholat dan berdoa memohon perlindungan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. “Semoga
kami semua diberikan keselamatan dalam kegiatan ini”.
Tersentak
aku kaget dalam lamunanku ,karena kami sudah di panggil lagi untuk berkumpul
bersiap siap menuju ke tempat tujuan yang sudah direncanakan oleh seniorku. Dalam
barisanpun aroma itu tercium kembali olehku, dan semakin menyengat sekali
baunya sehingga, aku tidak lagi konsentrasi dengan apa yang di pesankan oleh
seniorku, tapi aku tidak berani untuk berkata apapun tentang keadaan saat itu.
Setelah
semua siap kami melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat yang di tentukan.
Sempat terdengar suara Wowo berkata kepadaku, “Pet, kamu jangan memisahkan diri
dari kelompok ya, dan tolong bantu jaga Sangga kita untuk selalu bersama dan
kompak ya”. Aku mengiyakan perintahnya, dengan anggukkan kepala tanda setuju.
Perjalanan
yang sudah hampir 3 jam dan terus menanjak di bebatuan tanpa ada pepohonan di
sekitarnya, ku lihat ada seekor anjing yang menghadang perjalananku, kami pun
berhenti , untuk tidak melanjutkan perjalanan itu. Kebetulan sudah banyak teman-
temanku yang merasakan hal yang sama, rasa lelah, letih dan lapar pun melanda,
karena sampai malam itu pun perut kami belum terisi makanan kembali, sejak tadi
siang .
Di
tempat itu ada yang duduk, jongkok bahkan selonjoran untuk melepaskan lelah,
aku hanya berdiri saja melihat teman- temanku yang asyik dengan istirahatnya
masing masing. Dan saat itu aku melihat Royda yang beragama Kristen duduk
sambil membaca al kitab dengan seriusnya dengan senter ditangannya sebagai penerang.
Setelah itu pandanganku pun beralih ke arah Jamili dan Aci yang sedang duduk berdua sambil ngobrol dengan begitu seriusnya, entah apa yang
dibicarakannya. Terlihat olehku rambut Aci yang keriting terurai lepas, tanpa
pengikat. Aku hanya terpana saja melihat rambutnya yang keriting itu dan
biasanya terikat rapi.
Beberapa
saat kemudian hujan turun dengan deras , kami semua panik mencari tempat untuk
berteduh, dan mengabaikan pesan dari
seniorku, yang seharusnya kami harus tetap melanjutkan perjalanan yang sudah
ditentukan.
Bergegas
kami mencari tempat yang aman dari hujan. Aku dan Wowo beserta anggotaku dapat
tempat yang berdekatan di pinggir tumpukan bebatuan. Sedangkan sebagian ada
yang berada tempat menyerupai lorong seperti gua ,yang aman dari air hujan, sedangkan
lainnya berada di sebelah kanan di tempat yang sama ,tiba tiba di sela hujan
turun...terdengar suara Aci memanggil namaku, “Pet...Ipet... ke sini ya....di
sini hangat , air hujan tidak masuk ” katanya. Aku langsung bangkit dari tempat
dudukku yang berdekatan dengan ketua reguku. Saat itu tanganku langsung di
pegangnya dan langsung menyuruhku untuk duduk
kembali. Tanpa ragu akupun duduk lagi di sampingnya.
Selang
beberapa saat kemudian setelah aku duduk kembali, terdengarlah suara
menggelegar yang disertai kilauan kilat dan petir serta diiringi air hujan yang sangat deras, sehingga mengagetkan
semua yang ada di situ. Spontan tanganku di tarik sama Wowo dan membawaku turun
dari tempat berteduhku. Aku baru sadar ketika sudah berada di bawah, rupanya
bunyi yang keras tadi berasal dari batu yang hancur akibat petir yang menyambar
bebatuan yang posisinya ternyata hanya batu bekas galian semen yang menempel
pada tembok batu lainnya. Aci dan beberapa temanku yang berteduh di sana
berteriak bersamaan dengan bunyi yang menggelegar tadi. Ku diam seribu bahasa
memandang bebatuan yang hancur dan sudah tidak terlihat lagi karena gelapnya
malam ,dan saat itu pun tepat sekitar tengah malam minggu ,17 Desember 1988.
Kaki dan
seluruh tubuhku terasa lemas tidak menentu, Teman temanku yang lain menangis
histeris memecah keheningan di malam minggu yang kelam. Beberapa saat kemudian datanglah rombongan
kakak kakak Resimen Mahasiswa (Menwa) dari Universitas Indonesia dan Mpu tantular yang sedang melakukan
perjalanan melalui jalur yang sama.
Mereka kaget melihat kejadian itu dan segera membawanya kami yang
selamat untuk berteduh di rumah milik penduduk yang tidak begitu jauh dari
tempat kejadian, dan kebetulan tidak ada penghuninya.
Rumah
kosong itu menjadi ramai dengan suara teriakan dan tangisan dari korban yang masih selamat, mereka sangat kehilangan
sekali. Sebagian ada juga yang menghibur rekan nya yang masih sedih . Ada yang tertidur
karena kelelahan. Ada juga yang diam tak bersuara dan sekali kali mengusapkan
air matanya. Aku masih tidak percaya dengan kejadian yang baru kusaksikan tadi.
Malam
pun berlalu dengan cepatnya ,sekitar pukul 05.30 wib datanglah, Wowo bersama rekanku
yang lain serta kakak Menwa ke pengungsian kami kembali. Dan bertanya “Apakah ada yang kenal dengan
teman temannya?” . Aku yang tidak dapat memejamkan matanya dari
semalam,langsung angkat tangan, “Saya kak,” kataku. Wowo langsung mengajak aku
naik mobil Zeep ke tempat kejadian, kakak itupun bertanya kepadaku “Apa kamu
kuat dan tidak menangis nanti ?” katanya, aku hanya menganggukkan kepalaku,
“Iya kak, aku kuat”,kataku.
Sampai
di tempat kejadian ,sudah banyak orang yang berkerumun melihat korban yang
sudah di taruh di atas ponco atau jas hujan . Aku hampir tidak mengenali teman
temanku yang menjadi korban karena kondisinya sangat memprihatinkan. Tetapi
Identifikasi korban harus tetap dilakukan ,Ku coba untuk mengingat ingat nama
temanku yang belum ada ,dengan mengingat kejadian sebelum berangkat, Alhamdulillah
aku dapat mengingat nama korban tersebut. Aci yang berambut keriting, Rika yang
cantik dengan baju yang dipinjamnya, Santi yang berambut lurus yang berjalan
bersama Rika , Kak Dida dengan sepatu
barunya serta Kak Fadiah dengan kacamatanya, dan Agus yang memakai topi koboi
yang kemarin bernyanyi untukku.
Sungguh
Allah Yang Maha Mengetahui, baru
kusadari makna dari tanda yang
telah diperlihatkan sebelumnya, setelah
kejadian. Maha Benar Allah atas kuasa takdir manusia.
Sembilan
orang temanku pergi untuk selamanya, demi pangkat dalam Pramuka Penegak Bantara
yang belum kami ikuti kegiatannya. Semoga mereka tenang di Sisinya, di terima
amal ibadahnya, dan kau lah Bantara Sejati Sahabatku tercinta.
Labels: kisahku
3 Comments:
Ini adalah hasil karya pertama saya bersama rekan rekan di Pena Guru GGDN dibuat dala satu buku antologi, yang merupakan kisah nyata saya ketika masih SPG dulu, mohon komentarnya kritik dan saran ya rekan rekan semoga saya dapat berkarya lagi dan lebih baik lagi. Amin yra.
Aamiin untuk doanya. "Patime jande mude" membuat saya terharu. Paparan cerita seakan saya ikut berada di sana. Sukses, bu.
Cukup terharu ya
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home