Saturday, July 17, 2021

TRAGEDI BANTARA



TRAGEDI BANTARA 

Perjalanan manusia yang satu dan lainnya sangat berbeda, kecintaannya pada suatu organisasi ekstrakulikuler di sekolah menyebabkan  kenangan pilu yang sangat mendalam yang tidak mudah dilupakan begitu saja, inilah kisahku ....

Tepat pukul 13.00 kakak senior kami sudah sibuk  dengan pluit nya ,priiiit....priiiit....priiit ..... tanda waktu latihan segera di mulai. Panggilan pluit itu pun semakin keras, sambil berteriak kakak yang lain menghitung “1,2,3,... saya hitung sampai 10 ya...kalau telat nanti saya hukum”, katanya. Kami yang masih sibuk dengan kegiatannya masing masing, ada yang masih makan siang, ibadah atau sekedar ngobrol sama teman temannya harus bergegas lari  ke arah suara itu. 

Aku yang masih makan  siang pun terburu buru membereskan makananku ,lari menuju ke lapangan, “Ayok cepat Tini !”... jangan lama lama nanti kita dihukum kalau datang nya terlambat. Sambil terengah engah aku lari berdua Tini menuju lapangan. Alhamdulillah kita tidak terlambat sampai di lapangan.

Setelah kami siap di lapangan kakak seniorku memberitahukan bahwa hari Sabtu ini akan ada kegiatan  di luar sekolah yaitu ke daerah  Cileungsi , dan pesertanya adalah anggota pramuka yang sudah menyelesaikan SKU (Syarat Kecakapan Umum). Alhamdulillah namaku ada sebagai peserta yang akan ikut dalam kegiatan tersebut.

Akhirnya aku masuk dalam kelompoknya Wowo jumlah pesertanya 10 orang, Wowo menjadi ketuanya sedangkan aku menjadi wakilnya, karena perjalanan jauh maka kami harus digabung pesertanya laki laki dan perempuan agar acara dapat terlaksana dan yang perempuan ada yang melindungi. Padahal biasanya setiap latihan rutin kita menerapkan satuan terpisah, tapi  tidak untuk kegiatan ini.

“Empat regu peserta pun sudah siap untuk berangkat, ditambah kakak senior yang nanti akan mendampingi peserta dalam kegiatan tersebut”, kata Kak Yoyo.

Malam sebelum keberangkatanpun ,aku bersiap siap mempersiapkan seluruh perlengkapan yang harus di bawa, Karena yang di butuhkan tidak ada semua di rumahku, makanya ku pinjam kepada teman SMP ku yang  baik hati yang selalu menolong dan membantuku jika aku membutuhkan bantuan, Suhanah namanya, yang tinggalnya tidak begitu jauh dari rumahku.

Pagi harinya sebelum berangkat ke sekolah , tiba tiba aku di larang berangkat sama ibuku. Ibu yang sehari hari ku panggil Emak berkata “Pat , sebaiknya kamu tidak pergi ke Cileungsi ya”,karena sekarang musim hujan, udaranya di sana pasti dingin , kamu bisa masuk angin dan sakit.” Emak juga berkata ,” Mak tidak ada uang  yang lebih buat kamu,hanya ada ongkos seperti  biasa saja”. Selembar uang ribuan Emak berikan kepadaku yang menjadi uang jajanku setiap hari ke sekolah . “Tidak apa apa , aku tidak enak mak, kalau tidak ikut, aku kan wakil ketua regu, dan ini kesempatan aku bisa naik tingkat mak”,kataku menjelaskan. Setelah itu ku cium tangan emakku untuk berangkat. “Assalamualaikum”,aku pun pamit untuk berangkat ke sekolah dengan bekal seadanya. “Hati hati di jalan ya nak”,kata Emakku.

Setelah menyelesaikan pelajaran hari itu, kami  beristirahat untuk makan dan persiapan sholat Zuhur, karena tidak membawa bekal makan siang, aku pergi ke kantin untuk membeli makanan, ternyata makanan di sanapun sudah banyak yang habis terjual, ku berjalan lagi mencari tempat membeli makanan yang lainnya, yaitu ke luar sekolah. Di perjalanan aku bertemu kakak kelasku yang bernama Kak Dida yang sedang asyik berbicara dengan temannya.Teman kak Dida berkata,”Hai ... Dida sepatu kamu baru ya....?”,“Bagus sekali”,katanya. Akupun akhirnya berhenti sesaat memandang ke arah kaki kak Dida sambil melihat sepatu ketsnya yang berwarna putih dengan merek Nike, “Iya keren”, kataku kepada kak Dida, Kak Dida hanya tersenyum memandangku dan tidak berkata apa apa. Dan akhirnya aku berjalan kembali mencari warung yang ada di luar sekolah yaitu warung Mpok sasaranku yang jual nasi uduk dan gorengan.

Diperjalanan akupun kembali bertemu teman temanku yang sudah menikmati makan siangnya. Rika dan Santi berjalan berdua untuk kembali ke kelas dan menyapaku, “Pet, mau ke mana kamu”,katanya. Akupun langsung menjawab, “mau cari makanan nih”. Pandanganku pun tertuju pada Rika yang saat itu terlihat beda sekali karena mengenakan baju Pramuka yang tidak seperti biasanya. Ragu ragu aku pun bertanya, “Bajunya bagus ,tidak seperti biasanya”,kataku. Diapun menjawab perlahan , “Iya boleh pinjam” ,katanya sambil tersenyum. Kembali lagi ku berkata dalam hati, “cantik sekali Rika”, saat itu aku kagum dengan Rika yang terlihat bersih dan cantik sekali raut wajahnya.

Sampai di warung Mpok ,rupanya si Agus sedang duduk di pojok bangku dan langsung bernyanyi menyambut kedatanganku.“Fatime jande mude..., Fatime Jande Gue....” .Aku yang dengar lagu Si Agus langsung saja aku berkomentar, “Kapan aku nikah sama kamu ,kok kamu nyanyi aku jande kamu, Gus?” Diapun tersenyum ....sambil berkata”. Memang kamu tidak mau jadi janda aku ya..,...ha... ha... ha....”. Ku bilang saja, kamu jangan ngaco ya Gus ....” Akhirnya Aguspun meninggalkan aku di warung . Akupun makan sesuai pesananku, sambil tersenyum kecil mengingat lagu si Agus tadi.

Waktupun terus  berjalan ....kini tibalah saat  yang sudah di tentukan kami berkumpul lagi di lapangan untuk persiapan pemberangkatan. Kami berbaris sesuai regunya masing masing , dan mendengarkan  arahan terlebih dahulu dari  para senior dan pembina kami saat itu. Setelah siap kami diberangkatkan dengan berdoa terlebih dahulu, dan ternyata uang saku kami yang kami bawa diambil oleh kakak seniorku dan disisakan hanya beberapa rupiah saja untuk ongkos sekedarnya dan dia berkata,”Dengan uang yang ada di setiap regu itu, kalian semua harus kompak dan selalu bersama dalam satu regu dan sampai di tujuan yang di tentukan dengan selamat”,itu pesan seniorku. Kamipun hanya menundukkan kepala tanpa bisa protes apa apa ,dengan perlakuan seniorku itu.

Bersamaan dengan itu pandangan matakupun tertuju kepada gadis berkaca mata yang memiliki rambut yang ikal ,berhidung mancung dan berkulit kuning langsat, menghampiri regu kami yang siap berangkat, dia adalah kakak kelas ku yang benama Fadiah seorang Pradana Putri yang bertugas mendampingi Kak Yoyo yang juga menjadi Pradana Putra di sekolahku. Setelah di lepas kami pun berangkat bersama regunya masing masing.

Dengan  uang yang terbatas kami menumpang di truk barang yang kosong ,yang lewat di depan kami, tanpa malu malu lagi Wowo yang menjadi ketua regu atau ditingkatan Pramuka Penegak yang disebut ketua Sangga itu memberanikan diri untuk menumpang. Setelah di setujui dan diperbolehkan supir truk kami pun naik truk tersebut dengan hati yang suka cita. Ketika truk akan berbelok ke arah yang lain ,kami pun meminta berhenti dan berganti kendaraan lainnya dengan membayar ongkos sekedarnya.

Dan akhirnya sampailah di tempat yang ditentukan yaitu di daerah Kelapa Nunggal, Gunung Putri, Cileungsi  sekitar ba’da Magrib. Di sana kami sudah disambut oleh seniorku yang sudah terlebih dahulu tiba. Sebelum melanjutkan perjalanan kami di persilahkan untuk sholat Magrib terlebih dahulu di mushola yang ada di sana.

Ketika mau Sholat , ada yang mengganjal di hatiku, karena aroma harum bunga yang luar biasa menyengat penciumanku. Sempat merinding bulu kuduk ini, rasa takutpun menyelimutiku. Ku lihat sekelilingku sambil mencari asal harum bunga itu, hanya gelap dan sepi yang ku dapat saat itu, dan dedaunan yang tertiup angin sepoi sepoi.

Perasaan ku semakin tidak menentu ,atau sempat terlintas di kepalaku, apa mungkin ada makhluk halus atau ghaib yang ada di sekitar ini, dan merasa terganggu dengan  kehadiran kami. Tanpa buang waktu aku pun langsung sholat dan berdoa memohon perlindungan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa. “Semoga kami semua diberikan keselamatan dalam kegiatan ini”.

Tersentak aku kaget dalam lamunanku ,karena kami sudah di panggil lagi untuk berkumpul bersiap siap menuju ke tempat tujuan yang sudah direncanakan oleh seniorku. Dalam barisanpun aroma itu tercium kembali olehku, dan semakin menyengat sekali baunya sehingga, aku tidak lagi konsentrasi dengan apa yang di pesankan oleh seniorku, tapi aku tidak berani untuk berkata apapun tentang keadaan saat itu.

Setelah semua siap kami melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat yang di tentukan. Sempat terdengar suara Wowo berkata kepadaku, “Pet, kamu jangan memisahkan diri dari kelompok ya, dan tolong bantu jaga Sangga kita untuk selalu bersama dan kompak ya”. Aku mengiyakan perintahnya, dengan anggukkan kepala tanda setuju.

Perjalanan yang sudah hampir 3 jam dan terus menanjak di bebatuan tanpa ada pepohonan di sekitarnya, ku lihat ada seekor anjing yang menghadang perjalananku, kami pun berhenti , untuk tidak melanjutkan perjalanan itu. Kebetulan sudah banyak teman- temanku yang merasakan hal yang sama, rasa lelah, letih dan lapar pun melanda, karena sampai malam itu pun perut kami belum terisi makanan kembali, sejak tadi siang .

Di tempat itu ada yang duduk, jongkok bahkan selonjoran untuk melepaskan lelah, aku hanya berdiri saja melihat teman- temanku yang asyik dengan istirahatnya masing masing. Dan saat itu aku melihat Royda yang beragama Kristen duduk sambil membaca al kitab dengan seriusnya dengan senter ditangannya sebagai penerang. Setelah itu pandanganku pun beralih ke arah Jamili dan Aci yang sedang duduk  berdua sambil ngobrol  dengan begitu seriusnya, entah apa yang dibicarakannya. Terlihat olehku rambut Aci yang keriting terurai lepas, tanpa pengikat. Aku hanya terpana saja melihat rambutnya yang keriting itu dan biasanya terikat rapi.

Beberapa saat kemudian hujan turun dengan deras , kami semua panik mencari tempat untuk berteduh, dan mengabaikan  pesan dari seniorku, yang seharusnya kami harus tetap melanjutkan perjalanan yang sudah ditentukan.

Bergegas kami mencari tempat yang aman dari hujan. Aku dan Wowo beserta anggotaku dapat tempat yang berdekatan di pinggir tumpukan bebatuan. Sedangkan sebagian ada yang berada tempat menyerupai lorong seperti gua ,yang aman dari air hujan, sedangkan lainnya berada di sebelah kanan di tempat yang sama ,tiba tiba di sela hujan turun...terdengar suara Aci memanggil namaku, “Pet...Ipet... ke sini ya....di sini hangat , air hujan tidak masuk ” katanya. Aku langsung bangkit dari tempat dudukku yang berdekatan dengan ketua reguku. Saat itu tanganku langsung di pegangnya dan langsung menyuruhku untuk  duduk kembali. Tanpa ragu akupun duduk lagi di sampingnya.

Selang beberapa saat kemudian setelah aku duduk kembali, terdengarlah suara menggelegar yang disertai kilauan kilat dan petir serta diiringi air  hujan yang sangat deras, sehingga mengagetkan semua yang ada di situ. Spontan tanganku di tarik sama Wowo dan membawaku turun dari tempat berteduhku. Aku baru sadar ketika sudah berada di bawah, rupanya bunyi yang keras tadi berasal dari batu yang hancur akibat petir yang menyambar bebatuan yang posisinya ternyata hanya batu bekas galian semen yang menempel pada tembok batu lainnya. Aci dan beberapa temanku yang berteduh di sana berteriak bersamaan dengan bunyi yang menggelegar tadi. Ku diam seribu bahasa memandang bebatuan yang hancur dan sudah tidak terlihat lagi karena gelapnya malam ,dan saat itu pun tepat sekitar tengah malam minggu ,17 Desember 1988.

Kaki dan seluruh tubuhku terasa lemas tidak menentu, Teman temanku yang lain menangis histeris memecah keheningan di malam minggu yang kelam.  Beberapa saat kemudian datanglah rombongan kakak kakak Resimen Mahasiswa (Menwa) dari Universitas Indonesia  dan Mpu tantular yang sedang melakukan perjalanan melalui jalur yang sama.  Mereka kaget melihat kejadian itu dan segera membawanya kami yang selamat untuk berteduh di rumah milik penduduk yang tidak begitu jauh dari tempat kejadian, dan kebetulan tidak ada penghuninya.

Rumah kosong itu menjadi ramai dengan suara teriakan dan tangisan dari  korban yang masih selamat, mereka sangat kehilangan sekali. Sebagian ada juga yang menghibur rekan nya yang masih sedih . Ada yang tertidur karena kelelahan. Ada juga yang diam tak bersuara dan sekali kali mengusapkan air matanya. Aku masih tidak percaya dengan kejadian yang baru kusaksikan tadi.  

Malam pun berlalu dengan cepatnya ,sekitar pukul 05.30 wib datanglah, Wowo bersama rekanku yang lain serta kakak Menwa ke pengungsian kami kembali.  Dan bertanya “Apakah ada yang kenal dengan teman temannya?” . Aku yang tidak dapat memejamkan matanya dari semalam,langsung angkat tangan, “Saya kak,” kataku. Wowo langsung mengajak aku naik mobil Zeep ke tempat kejadian, kakak itupun bertanya kepadaku “Apa kamu kuat dan tidak menangis nanti ?” katanya, aku hanya menganggukkan kepalaku, “Iya kak, aku kuat”,kataku.

Sampai di tempat kejadian ,sudah banyak orang yang berkerumun melihat korban yang sudah di taruh di atas ponco atau jas hujan . Aku hampir tidak mengenali teman temanku yang menjadi korban karena kondisinya sangat memprihatinkan. Tetapi Identifikasi korban harus tetap dilakukan ,Ku coba untuk mengingat ingat nama temanku yang belum ada ,dengan mengingat kejadian sebelum berangkat, Alhamdulillah aku dapat mengingat nama korban tersebut. Aci yang berambut keriting, Rika yang cantik dengan baju yang dipinjamnya, Santi yang berambut lurus yang berjalan bersama  Rika , Kak Dida dengan sepatu barunya serta Kak Fadiah dengan kacamatanya, dan Agus yang memakai topi koboi yang kemarin bernyanyi untukku.

Sungguh Allah Yang Maha Mengetahui, baru  kusadari  makna dari tanda yang telah diperlihatkan sebelumnya,  setelah kejadian. Maha Benar Allah atas kuasa takdir manusia.

Sembilan orang temanku pergi untuk selamanya, demi pangkat dalam Pramuka Penegak Bantara yang belum kami ikuti kegiatannya. Semoga mereka tenang di Sisinya, di terima amal ibadahnya, dan kau lah Bantara Sejati Sahabatku tercinta.


Labels:

Ceritaku

Selamat malam ,pelatihan hari ini luar biasa sekali , bingung dan  asyik . Dulu pernah ku buat blog , tp lupa karena gak pernah ku tulis apa apa di sini. Mungkin karena kesibukan ku yang lain. Sehingga lupa ,kalau ini pernah kucoba buat. Semoga mulai hari ini aku berusaha untuk menulis agar dapat berbagi cerita kepada sahabatku semua.  Sampai di sini dulu  tulisanku hari ini, semoga kita selalu diberikan kesehatan dan bahagia bersama keluarga. 

Labels: